Seminar Nasional IKJ
Starting in:
Kelahiran 19 Juni 1958 di Boston, Massachusetts, Amerika namun tumbuh dewasa di Yogyakarta ini adalah mantan Rektor Institut Kesenian Jakarta periode 2016-2020. Bekerja sebagai wartawan sejak 1977 sembari kuliah di Jurusan Sinematografi, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ), antara lain di Majalah kampus Cikini, pimpinan redaksi Sinema Indonesia (1980), redaktur Zaman (1983-1984) dan majalah Jakarta-Jakarta (1985—1992). Alumnus IKJ 1994 ini kemudian menyelesaikan studi di Magister Ilmu Filsafat, Universitas Indonesia (2000) dan lima tahun kemudian ia meraih gelar Doktor Ilmu Sastra dari Universitas Indonesia (2007) serta mengajar di berbagai perguruan tinggi. Penulis fiksi maupun nonfiksi yang seringkali mengedepankan masalah sosial dan politik ini mendapat sejumlah penghargaan sastra, baik di kancah bergengsi dalam negeri dan mancanegara. Penghargaan Dimny O'Hearn Prize for Translation, Australia (1977), South East Asia Write Award, Bangkok, Thailand (1997), Chatulistiwa Literary Award (2005) adalah beberapa di antaranya, namun penerima Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ini menolak Ahmad Bakrie Award (2012) untuk bidang kesusastraan dari Freedom Institute. Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diangkat ke layar lebar. Hingga kini fotografer dan komikus ini adalah dosen di Fakultas Film dan Televisi serta Sekolah Pascasarjana IKJ.
ISBI Bandung
Dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1967, di kota Ciamis, Jawa Barat, alumnus Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung dan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta serta Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, meraih gelar doktor di Program Studi Sastra/Sejarah di Universitas Padjadjaran Bandung (2012). Totalitas Een Herdiani selaku Penari, Penata, dan Peneliti Tari dalam menggeluti dunia tari dan pendidikan tertuang saat menjalankan amanah menjadi nakhoda institusi tempatnya bernaung, sebagai Ketua STSI Bandung, kini Rektor ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) sejak tahun 2014 hingga kini. Melalui orasi ilmiahnya berjudul "Tubuh Artefak Kultural" penerima penghargaan Satya Lencana ini telah dikukuhkan sebagai Profesor (Guru Besar) dalam bidang ilmu Sejarah Tari (18 Oktober 2021).
ISI Denpasar
Lahir di Bangli, 4 April 1976 Kun adalah alumnus Sekolah Tinggi Seni Indonesia di Denpasar (S1) untuk penciptaan seni rupa murni dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta (S2 & S3) untuk pengkajian seni rupa. Ikut serta dalam pembentukan sekaligus menjadi Ketua Dewan Bali Art's Society, mantan Kepala Pusat Penerbitan ISI Denpasar dan mantan Kepala Dinas Kebudayaan Bali (2019-2021) kini tengah menjabat Rektor ISI Denpasar (2021-2025).
Menurut Kun, perkembangan seni pada masa pandemi di mana bahasa virtual menjadi bahasa utama dengan basis metaverse, akan terus berlanjut pascapandemi. Algoritma akan mempercepat kedekatan ruang, tetapi manusia tetap membutuhkan pengalaman ketubuhan yang memberi pengayaan kebatinan hidup manusia. Hal ini akan beriringan dalam proses pembentukan kebudayaan kita nanti, demikian tandas Kun.
Universitas Katolik Parahyangan
Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 6 Maret 1956 ini mendapatkan S2 dan S3 (dengan predikat summa cum laude) di bidang Filsafat dari Universitās San Tomasso, Roma, Italia. Penulis berbagai buku ihwal postmodernisme, persoalan kebudayaan, agama dan seni kontemporer ini dikenal sebagai ahli di bidang filsafat kebudayaan serta paradigma postmodernisme. Sekjen International Society for Universal Dialogue ( 2005-2007) dan penerima Anugerah Budaya Kota Bandung 2013 ini merupakan fellow pada beberapa institusi filsafat, a.l. : di Tokyo, Copenhagen, Washington DC, dan Hongkong. Saat ini ia mengajar di Universitas Katolik Parahyangan, Pascasarjana FSRD ITB, dan UIN Sunan Gunungjati (Bandung).
Moderator
Lahir di Bogor, 1954, alumnus pertama (1979) Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta ini adalah penggagas komposisi Mars IKJ. Setelah lulus IKJ musisi/komposer produktif ini melanjutkan studi ke New South Wales State Conversatorium of Music Sidney, Australia (1980-1994) program beasiswa dari Australian Department of Foreign Affairs, melanjutkan studinya di bidang piano pada Sonya Hanke, komponis pada Ann Boyd dan Dr. Graham Hair, serta analisa pada Dr. J. O’Brian. Peraih Piala Ismail Marzuki pada Festival Film Indonesia 1985 kembali mendapat beasiswa dari Yayasan Fulbright untuk memperdalam studi dalam bidang komposisi di Boston University, Amerika Serikat, di bawah bimbingan Prof. Theodore Antoniou, Dr. M. Merryman serta Prof. Bernard Rands pada bidang analisa (1987-1989). Setelah mendapat gelar Master, ia kembali ke Indonesia dan mengajar ilmu Harmoni di Jurusan Musik IKJ, serta menjadi anggota Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta. Tahun 1995-2002, Usya aktif menjabat Sekjen Indonesian Copyright Society. Tahun 2004-2010 ia sempat memegang jabatan struktural IKJ sekaligus menjadi direktur Gedung Kesenian Jakarta (2005-2010). Dosen senior di Institut Kesenian Jakarta dan ketua DIKLAT PAPRI ini adalah pemimpin Marusya Chamber Music yang berhasil meraih penghargaan gold prize pada Seoul International Senior Arts Festival 2009. Setelah merampungkan studi S3-nya di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, jurusan ‘cultural studies’, dengan meneliti komposisi Roro Jonggrang ciptaan Tri Suci Kamal, kini ia pengajar untuk studi dan kajian Eropa di UI dan menjadi konselor musik untuk studi musik dan kesehatan di Departemen Kesehatan Nasional.
Gedung Rektorat Lt. 2
Jalan Cikini Raya No. 73, Jakarta 10330